Hikmah Halal Bihalal & Pembinaan YPBIC

Dalam suasana penuh berkah pasca Idul Fitri, Yayasan Pendidikan Budi Insan Cendekia (YPBIC) menggelar Halal Bihalal yang dirangkaikan dengan sesi pembinaan dari Bapak Pembina YPBIC, Jenderal TNI (Purn.) H. Budiman. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Yayasan Ibu Dra. Hj. Wanti Mirzanti Budiman, pimpinan unit sekolah, dan tamu kehormatan Mayor Suyono.

Setelah mengawali dengan ungkapan syukur dan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, beliau menyampaikan 5 poin penting. Setiap poin membawa pesan mendalam tentang kepemimpinan, kualitas pendidikan, manajemen hidup, dan arah pembangunan lembaga pendidikan yang islami dan berwawasan kebangsaan

  1. Ketahanan di Tengah Gejolak Ekonomi

Beliau membuka dengan penjelasan tentang perubahan ekonomi global yang signifikan. Salah satunya disebabkan kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang menaikkan pajak sebesar 34%. Dampaknya terasa di berbagai sektor, termasuk pemutusan hubungan kerja yang meluas. Sebagian orang tua murid pun turut terdampak secara langsung maupun tidak langsung, terutama dari kalangan menengah. Maka dari itu, beliau menekankan pentingnya menjaga kualitas layanan pendidikan agar kepercayaan tetap terjaga. Dalam konteks ini, beliau menyinggung sabda Nabi ﷺ:

                            كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
(HR. al-Bukhari, no. 893)

Hadis ini mengingatkan bahwa guru, kepala sekolah, dan staf bukan sekadar pekerja, tetapi pemikul amanah. Dalam dunia pendidikan, amanah itu mencakup kepercayaan orang tua, harapan siswa, dan nilai-nilai moral yang harus dijaga. Maka menjaga kualitas pendidikan bukan hanya perkara teknis ia adalah bentuk tanggung jawab spiritual dan sosial.

  1. Meningkatkan Kinerja di Seluruh Unit Sekolah

Beliau menyampaikan apresiasi atas capaian unit SMA, di mana 94% siswanya berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri ternama. Ini menjadi ukuran kualitas yang harus dijaga dan ditingkatkan dari waktu ke waktu. Untuk unit SMP, beliau mendorong suasana belajar yang kreatif dan menggembirakan. Anak-anak usia remaja berada dalam masa transisi yang memerlukan pendekatan emosional dan intelektual yang seimbang. Kreativitas dalam pembelajaran akan menumbuhkan rasa cinta belajar dan memperkuat daya saing mereka di masa depan, tanpa harus kehilangan akar nilai keislaman dan nasionalisme. Begitu juga unit SD dan TK, guru diminta agar lebih peka terhadap keluhan orang tua baik yang ringan maupun berat. Keluhan adalah bentuk keterlibatan emosional dan ekspresi kepedulian. Maka merespons keluhan dengan sikap terbuka dan empati akan mempererat kerja sama antara sekolah dan keluarga.

Ki Hajar Dewantara pernah berkata:

“Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya.”

Maka, kualitas pendidikan bukan hanya dilihat dari aspek akademik, tetapi juga dari penguatan akhlak, karakter, dan daya tahan terhadap perubahan zaman. Dunia pendidikan adalah dunia pelayanan berbasis kasih sayang. Mengabaikan keluhan orang tua sama saja dengan menutup pintu dialog yang seharusnya menjadi kekuatan sinergi sekolah

3. Keteladanan Guru di Sekolah dan di Rumah

Tentunya setiap guru dituntut untuk tidak hanya memahami materi, tetapi juga mampu memberikan solusi nyata atas kesulitan belajar siswa terutama menjelang UTBK dan ujian penting lainnya. Guru yang aktif mencari cara menyederhanakan materi, menyediakan alternatif pemahaman, dan memotivasi siswa akan menjadi pilar kuat dalam masa depan pendidikan.

Tidak berhenti di sekolah, beliau juga menekankan bahwa guru ideal adalah yang berhasil mendidik anak-anaknya sendiri. Keteladanan ini sudah ditunjukkan oleh beliau secara langsung dalam membangun keluarganya sebelum merintis YPBIC.

Sebagaimana pepatah Arab mengatakan:

                                  صَلَاحُ الأَبْنَاءِ مِنْ صَلَاحِ الآبَاءِ

“Baiknya anak-anak berasal dari baiknya orang tua.”

Anak adalah cerminan dari rumahnya. Maka kesuksesan mendidik di sekolah harus selaras dengan keberhasilan mendidik di rumah. Keteladanan tidak dibangun dengan teori, melainkan dengan konsistensi sikap dan nilai yang diterapkan dalam keseharian.

Dari sisi ilmu psikologi modern, pakar seperti Dr. Laurence Steinberg menegaskan bahwa gaya pengasuhan yang penuh kasih sayang, tegas, dan konsisten dikenal sebagai authoritative parenting adalah yang paling berhasil menciptakan anak-anak yang percaya diri, mandiri, dan sukses dalam kehidupan akademik maupun sosialnya. Kunci dari semua itu terletak pada keseimbangan antara teladan yang baik dan bimbingan yang sabar. Bagi guru dan lembaga pendidikan, kalimat ini menjadi cermin penting. Pendidikan anak tidak bisa berjalan optimal tanpa keterlibatan dan sinergi positif dari orang tua. Ketika sekolah dan rumah bekerja sama, maka tumbuhlah generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga matang secara emosi dan spiritual.

Oleh karena itu, membentuk anak-anak yang baik bukanlah hasil instan, tetapi buah dari proses panjang yang dimulai dari perbaikan diri orang tuanya terlebih dahulu. Mendidik anak dimulai dari mendidik diri sendiri karena anak adalah cerminan dari apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan dari kedua orang tuanya. Maka mari kita tanamkan nilai-nilai terbaik dalam diri kita, agar anak-anak tumbuh di taman kehidupan yang subur oleh keteladanan, kasih sayang, dan doa yang tak henti dipanjatkan.

  1. Manajemen Keuangan: Bijak Mengelola Rezeki

Pada kondisi ekonomi yang menurun, beliau mengajak seluruh karyawan untuk bersyukur dan lebih bijak dalam mengelola keuangan. Beliau bercerita, selama delapan tahun masa lajang hingga berpangkat Kapten (1986), ia tidak mengambil gajinya untuk pribadi, melainkan diserahkan kepada orang tuanya untuk kebutuhan pendidikan saudara-saudaranya. Beliau hidup hanya dari tunjangan lauk pauk (LP). Setelah menikah, beliau menyusun sistem keuangan yang terencana: sebagian untuk masa depan, sebagian untuk kebutuhan harian, dan sedikit untuk hiburan keluarga. Strategi ini mencerminkan nilai dasar dalam Islam: keseimbangan.

Allah SWT berfirman:

                  وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
(QS. Al-Furqan: 67)

Manajemen keuangan Islami bukan hanya tentang hemat atau banyak menabung, tetapi juga tentang menempatkan harta pada pos yang benar. Menghindari pemborosan, menyiapkan dana darurat, serta belajar investasi adalah bagian dari kepedulian jangka panjang terhadap diri dan keluarga.

  1. Visi Membangun Generasi Masa Depan

Beliau menyampaikan harapan agar YPBIC dapat membangun unit SMP dan SMA di wilayah Cimahi pada tahun ajaran 2026/2027. Ini adalah bagian dari visi besar untuk memperluas manfaat pendidikan dan menjangkau lebih banyak anak bangsa. Pendidikan bukan proyek jangka pendek. Ia adalah investasi lintas generasi. Semakin luas jangkauan pendidikan, semakin besar peluang lahirnya insan-insan mulia yang membawa perubahan.

Sebagaimana seorang ulama yaitu Imam al-Ghazali dalam karya monumentalnya “Ihya Ulumuddin” menyebut bahwa ilmu adalah cahaya yang akan membimbing umat keluar dari kegelapan. Maka, setiap pembangunan sekolah harus diniatkan untuk memperluas cahaya ini, bukan sekadar membangun gedung, tapi membangun peradaban.

Sebagai penutup, beliau menegaskan kembali bahwa sistem KPI yang diterapkan bukan hanya untuk mengukur, tapi membina dan mendukung pertumbuhan setiap karyawan. Yayasan ingin melihat seluruh insan YPBIC tumbuh sebagai pribadi yang cerdas, bermartabat, dermawan, dan memiliki loyalitas terhadap nilai-nilai Islam serta nasionalisme Indonesia.

Rasulullah ﷺ bersabda:

                                 خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. al-Thabrani)

Karyawan bukan sekadar pekerja teknis, tetapi agen perubahan. Saat bekerja dengan niat memberi manfaat, maka hasil kerja akan menjadi amal jariyah. Dengan semangat ini, beliau berharap seluruh insan YPBIC terus tumbuh dan berkembang menjadi sumber keberkahan bagi bangsa dan umat. Semoga pembinaan ini menjadi bekal semangat baru, memperkuat niat suci untuk mendidik generasi bangsa yang shaleh, cerdas, dan berakhlak mulia sehingga kelak menjadi bagian dari kebangkitan Indonesia yang beradab dan bermartabat..

Penulis: Muhammad Rouman Affan, Guru Tahfidz SD Islam Al-Azhar 46 GDC